Warnanya merah, berbadan besar, tangguh, serta punya gigi yang panjang dan tajam. Seperti itulah bentuk Semut Banteng Australia ini. Mendengar namanya saja, kita langsung dibuat merinding. Meskipun termasuk hewan nokturnal, yaitu hewan yang aktif di malam hari, hewan bernama latin Toxorhynchites sp ini punya kebiasaan unik. Semut berukuran 4 cm ini sering kesulitan mencari sarangnya saat pulang dari mencari makanan lho. Hihihi.
Bagi Semut Banteng Australia, senja adalah waktu yang tepat untuk mencari makanan dan pulang pada malam harinya. Menurut penilitan dari Vision Centre (VC) di Australia dan The Australia National University (ANU) diungkapkan bahwa 10 persen semut ini membutuhkan waktu yang lebih lama saat pulang ke sarangnya saat malam menjelang, dibandingkan saat pergi mencari makanan.
Padahal, semut ini punya lensa dan fotoreseptor yang akan melebar dan membesar untuk membantu penglihatan mereka saat gelap. Lensa dan fotoreseptor yang dimaksud adalah syaraf yang ada pada retina semut, yang berfungsi mengubah cahaya yang masuk ke retina sebagai navigasi jalan untuk mereka.
Hal ini terjadi, dikarenakan pencahayaan yang terlalu gelap membuat objek kurang begitu terlihat. Semut malam ini pun berjalan lebih lambat, berhenti lebih sering dengan jeda waktu yang lebih panjang dan lama untuk mengumpulkan makanan. Terkadang semut yang dijuluki semut terbesar di dunia ini, juga memanfaatkan ojek-objek di sekitarnya untuk membantu menemukan sarang mereka.
Meskipun punya kebiasaan yang unik, semut yang banyak ditemukan di Australia dan New Caledonia ini punya perilaku yang agresif dan sengatannya yang berbahaya. Racun semut ini bisa menimbulkan syok anafilaksis atau pembengkakan pada kulit kita, bahkan bisa mematikan kalau nggak segera ditangani. Gejalanya diawali dengan tonjolan di kulit, gatal, lalu wajah dan kulit tenggorokan mulai berwarna kemerahan, dan bibir membengkak.
Bagi Semut Banteng Australia, senja adalah waktu yang tepat untuk mencari makanan dan pulang pada malam harinya. Menurut penilitan dari Vision Centre (VC) di Australia dan The Australia National University (ANU) diungkapkan bahwa 10 persen semut ini membutuhkan waktu yang lebih lama saat pulang ke sarangnya saat malam menjelang, dibandingkan saat pergi mencari makanan.
Padahal, semut ini punya lensa dan fotoreseptor yang akan melebar dan membesar untuk membantu penglihatan mereka saat gelap. Lensa dan fotoreseptor yang dimaksud adalah syaraf yang ada pada retina semut, yang berfungsi mengubah cahaya yang masuk ke retina sebagai navigasi jalan untuk mereka.
Hal ini terjadi, dikarenakan pencahayaan yang terlalu gelap membuat objek kurang begitu terlihat. Semut malam ini pun berjalan lebih lambat, berhenti lebih sering dengan jeda waktu yang lebih panjang dan lama untuk mengumpulkan makanan. Terkadang semut yang dijuluki semut terbesar di dunia ini, juga memanfaatkan ojek-objek di sekitarnya untuk membantu menemukan sarang mereka.
Meskipun punya kebiasaan yang unik, semut yang banyak ditemukan di Australia dan New Caledonia ini punya perilaku yang agresif dan sengatannya yang berbahaya. Racun semut ini bisa menimbulkan syok anafilaksis atau pembengkakan pada kulit kita, bahkan bisa mematikan kalau nggak segera ditangani. Gejalanya diawali dengan tonjolan di kulit, gatal, lalu wajah dan kulit tenggorokan mulai berwarna kemerahan, dan bibir membengkak.
No comments :
Post a Comment