Tuesday, November 20, 2012

Sawarna


Sawarna, Eksotisme Pantai Selatan Jawa (Bagian 2)

ESOK harinya, kami kembali menjelajah desa Sawarna. Kali ini dengan berburu sunrise. Demi berburu, kami rela bangun sekitar pukul 4.30 pagi hari untuk ikut bersama rombongan lainnya menuju Lagoon Pari.
Lagoon Pari
          Untuk menuju Lagoon Pari, kami harus mempersiapkan senter karena perjalanannya cukup berliku dan minim penerangan. Untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi, kami diminta membawa perlengkapan berupa senter. Untung, masyarakat desa sudah berinisiatif untuk menyediakan guide bagi para wisatawan baru.
          Perjalanan ini mirip seperti perjalanan ke Tanjung Layar, namun sedikit lebih dingin karena kami berangkat pagi-pagi sekali. Melewati jembatan gantung dan sawah-sawah, sakhirnya sampailah kami di Lagoon Pari.
          Matahari tampak muncul malu-malu dari balik karang-karang yang memanjang dan besar, diiringi ombak yang membentur karang tersebut dengan keras. Lagoon Pari benar-benar cantik dengan pemandangan nelayan-nelayan yang pergi mencari ikan di pagi hari dengan perahu mereka. Saat yang tepat untuk memotret!
Pantai Ciantir
          Usai bergelut dengan pagi, kami bergegas menuju Pantai Ciantir melewati jalur yang nyaris sama dengan Lagoon Pari. Di sana kami basah-basahan! Ya! Pantai Ciantir terkenal karena ombaknya yang cukup besar sehingga sering dimanfaatkan untuk water sport bagi para turis mancanegara. Sesampainya di sana, kami menemukan pemandangan itu, ombak yang menggulung tinggi dan para peselancar!
          Berselancar di sana hanya menghabiskan Rp50.000 (biaya sewa per papan) dan Rp80.000 saja untuk memperoleh training selancar singkat dari penduduk setempat. Sayang, kali ini kami lebih memilih body surfing saja, alias 'menghanyutkan diri' bersama ombak yang menggulung dan pecah di tepian pantai. Rasanya sungguh menyenangkan, hanyut bersama air, tanpa beban. Pergi kemana ombak membawa kita pergi. Hanya ada gelak tawa yang mengiringi aktivitas kami siang itu yang bermain ombak hingga badan penuh dengan pasir seperti anak kecil.
Goa Lalay
          Destinasi terakhir adalah Goa Lalay. Sebenarnya ada beberapa Goa di desa Sawarna, namun kami memutuskan untuk ke Goa Lalay. Di sana kami menemukan pemandangan ratusan batu stalagtit yang bergelantungan dingin di dinding-dinding goa. Di tengah goa sendiri terdapat kubangan air yang menyerupai kolam sehingga di sekitar kolam itu kita harus melewati pijakan-pijakan berlumpur. Kekaguman kami tidak berhenti sampai di situ, kami lalu melihat puluhan kelelawar bertengger di atas Goa. Hewan-hewan yang tidak mungkin kita temui di tengah gedung-gedung mewah di ibukota. Lagi-lagi saya berucap, luar biasa!
Pulo Manuk
          Sebenarnya ada satu destinasi lagi yang ingin kami kunjungi di Sawarna, yaitu Pulo Manuk. Pulo Manuk adalah salah satu tempat yang direkomendasikan oleh masyarakat desa di sana. Kata mereka, Pulo Manuk adalah tempat yang seru untuk berenang, karena ombaknya relatif kecil, bahkan bisa dibilang tenang. Sehingga cenderung seperti kolam daripada pantai. Momentum ini sering kali dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk berenang. Dapat Anda bayangkan, bagaimana sensasi berenang di atas pasir dan dikelilingi pepohonan. Tinggi permukaan laut yang hanya 2 meter pun menambah serunya berenang di Pulo Manuk. Selain Pulo Manuk, masih terdapat pantai-pantai lain di Sawarna seperti Karang Bokor, Karang Seupang, Karang Taraje, dan Tapak Kabayan. Sayang, waktu kami hanya 2 hari sehingga kami hanya melihat pantai-pantai dari kejauhan dalam perjalanan pulang ke Jakarta!
          Seseorang pernah berkata, "Pesta hari ini harus berakhir, karena esok kita akan berpesta lagi." Perasaan seperti inilah yang terus saya dengungkan dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Badan kami sangat lelah karena hampir setiap hari berjalan kaki, namun hati kami luar biasa senang telah mengantongi pesan-pesan kebahagiaan dari pohon kelapa dan bebatuan dingin yang menjadi teman kaki kami sehari-harinya.
          Kembali ke Jakarta, kami tetap harus melewati jalan berliku dan bertekstur kasar lagi, tapi apa yang kami temukan benar-benar worth it. Kami akan kembali lagi ke Sawarna. 

No comments :

Post a Comment